Ia mengatakan, jemaah haji yang tiba di Indonesia akan tetap melakukan upaya pemantauan kesehatan yang juga dilakukan oleh dinas kesehatan masing-masing daerah sebagai deteksi dini penyakit menular.
Diantaranya penyakit yang disebabkan oleh virus corona, Mers-Cov, meningitis, polio, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIOC).
“Selama masa pemantauan 21 hari, jika ada demam atau gejala sakit lainnya, jemaah yang sakit akan langsung mendatangi Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat dengan membawa K3JH,” ujarnya.
Sebelum tiba di Indonesia, jemaah haji juga akan menjalani proses pemeriksaan kesehatan. Skrining yang dimaksud adalah pengecekan suhu tubuh melalui thermal scanner dan thermal gun, tanda dan gejala serta observasi jemaah di asrama haji debarkasi.
Budi mengatakan jemaah yang memiliki gejala demam atau menunjukkan potensi penyakit menular akan dilakukan tes antigen. Jika hasilnya menunjukkan reaktif, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 4.765 jemaah haji gelombang pertama akan mulai berangkat ke Indonesia pada 15-16 Juli 2022 melalui Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.
“Jika hasilnya positif akan dirujuk ke fasilitas isolasi terpusat untuk kasus tanpa gejala atau gejala ringan. Sedangkan yang gejala sedang atau berat akan dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Covid-19,” kata Budi.
1 2